Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

About

Sabtu, 27 Oktober 2012

Teknik Bermain Biola

Oke... kali ini aku akan sedikit berbagi ilmu nih.. tentang teknik bermain biola. Memainkan alat musik yang satu ini memang butuh ketelatenan dan kesabaran. Karena kita tau biola tidak memiliki fret seperti gitar sebagai penanda jari, seorang pemain biola harus benar-benar tahu di mana letak suatu nada dengan menggunakan perasaan. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan berlatih terus menerus sehingga jari-jari tangan dapat secara otomatis menekan nada yang diinginkan dengan tepat (ingatan otot). Selain melatih jari, pemain biola juga harus melatih telinga sehingga dapat membedakan nada-nada sumbang, walaupun hanya sedikit saja.

Biasanya teknik yang digunakan oleh para pemula untuk menandai letak nada pada biola antara lain dengan selotip yang ditempelkan pada leher biola, atau dengan menggunakan Tip X putih untuk menandai posisi jari. Setelah latihan dengan rajin, seorang pemula diharapkan akan dapat mengingat-ingat dan meninggalkan metode-metode di atas dan mengandalkan refleks saja. Metode ini dianggap kurang begitu baik karena mengandalkan indra penglihatan, bukan pendengaran, sedangkan dalam bermain biola mengetahui posisi jari bukan melalui penglihatan, karena pemain juga harus membaca not musik, melainkan harus melalui pendengaran.
Posisi jari pada fret biola
Latihan pendengaran untuk pemula sebaiknya dilakukan sejak dini agar fondasinya kokoh. Salah satu teknik yang sering digunakan adalah dengan melatih bunyi yang sama. Keempat senar biola memiliki empat 'nada terbuka' atau 'senar terbuka', yaitu G-D-A-E (diberi warna hitam pada gambar), nada yang berbunyi jika senar digesek tanpa ditekan oleh jari. Keempat nada terbuka ini akan turut bersuara jika nada serupa pada senar lain dibunyikan (karena persamaa frekuensi), misalnya senar D akan berbunyi jika nada D (kiri bawah pada gambar) pada senar G dibunyikan. Pada posisi pertama ada sembilan 'nada tertutup' (atau 'senar tertutup', yaitu nada yang berbunyi jika ditekan oleh jari) yang memiliki resonansi akustik dengan keempat nada terbuka di atas.

Posisi jari

Jari tangan biasanya diberi nomor 1 (telunjuk) hingga 4 (kelingking), dan not-not musik, terutama untuk para pemula, diberi penomoran demikian untuk menandai jari mana yang harus digunakan. Nomor 0 berarti nada terbuka (jari tidak menekan senar). Bagan di samping menunjukkan posisi pertama pada biola, yaitu nada-nada yang dapat ditekan oleh jari tanpa harus menggeser posisi tangan. Yang tidak terlihat pada gambar di samping adalah jarak antara nada-nada tersebut yang semakin tinggi semakin kecil jaraknya. Garis biru menandakan posisi selotip untuk jari 1-2-3 yang biasa digunakan oleh pemula.

Posisi jari, seperti yang telah disinggung di atas, merupakan istilah untuk menggambarkan letak tangan relatif terhadap leher biola. Posisi natural (yaitu posisi dasar) disebut Posisi 1; pada posisi ini tangan kiri memegang leher biola secara natural, jari-jari tangan dapat digunakan untuk memainkan seluruh tangga nada G mulai dari senar G dengan nada tertinggi nada B pada senar E. Pada biola maupun alat-alat musik gesek lainnya posisi ini merupakan posisi yang paling sering digunakan.

Dengan menggeser posisi tangan kiri turun ke arah badan biola maka dikatakan posisinya telah berubah. Posisi 2 dicapai dengan memposisikan jari telunjuk (jari 1) pada jari 2 di posisi 1, dengan kata lain posisi jarinya bergeser satu; Posisi 2 memiliki jangkauan mulai dari nada terendah B di G dan nada tertinggi C# di E. Posisi ketiga dari C di G hingga D# dan seterusnya. Setelah Posisi 5 biasanya hanya pemain yang mahir yang menggunakannya untuk dapat memainkan nada-nada tinggi di senar E, dan biasanya sudah tidak diberi nama lagi (mis. walaupun secara teori ada Posisi 15, posisi yang dianggap tertinggi, namun hal tersebut tidak pernah diajarkan secara lisan). Batas atas nada biola tergantung pada tingkat kemahiran pemain seorang pemain biola, yang dapat dengan mudah bermain dua tangga nada pada satu senar, atau maksimal empat tangga nada pada keempat senar. Posisi terendah biasanya disebut Posisi ½, yaitu di antara nada terbuka dan Posisi 1, walaupun posisi ini jarang digunakan.

Senar yang digunakan untuk memainkan suatu nada biasanya memengaruhi kualitas nada, atau yang disebut dengan timbre, yang dihasilkan. Contohnya, walaupun nada E rendah dapat dimainkan di senar G (Posisi 2 - Posisi 5) dan di senar D (Posisi 1), namun kadang-kadang penulis musik menginginkan nada tersebut dimainkan di senar tertentu, contohnya dengan markah sul G yang berarti 'dimainkan di senar G' dan seterusnya. Jika tidak disebutkan secara eksplisit, maka seorang pemain dapat secara bebas menggunakan senar yang dipilihnya.

Senar terbuka


Nada dasar dawai biola
Menggesek ataupun memetik nada terbuka (senar terbuka) — yakni nada yang dibunyikan tanpa menekan senar dengan jari — memiliki suara yang khas dan berbeda dengan nada yang sama yang dibunyikan secara tertutup (ditekan oleh jari), misalnya nada terbuka D (di senar D) dan nada D pada senar G. Hal ini dikarenakan getaran senar yang lebih leluasa pada sadel atas jika tidak dihalangi oleh jari tangan. Selain dari nada G rendah, yang hanya memiliki satu cara untuk memainkannya, biasanya pemain musik biola klasik cenderung menghindari bunyi nada terbuka, karena kualitas nadanya yang lebih 'kasar' — terutama nada terbuka E — dibanding nada-nada tertutup lainnya, dan pemain tidak dapat menggunakan teknik getaran (vibrato) pada nada terbuka, walaupun bagi pemain yang mahir hal ini dapat diakali dengan cara melakukan teknik vibrato pada nada yang satu oktaf lebih tinggi dari nada terbuka tersebut.

Beberapa penulis musik dapat membubuhkan tanda di musiknya jika sebuah nada perlu dimainkan dengan menggunakan senar terbuka, seperti pada karya-karya awal komponis seperti Bach. Nada terbuka juga dapat dimainkan pada bagian musik yang cepat, yang suaranya kurang lebih tidak dapat dibedakan.

Pemberhentian ganda

Pemberhentian ganda merupakan istilah untuk teknik memainkan biola dengan menggesek dua nada tertutup pada dua senar yang berbeda secara bersamaan, yang menghasilkan bunyi kord. Teknik pemberhentian ganda juga dapat dimainkan hanya dengan satu nada tertutup dan nada lainnya merupakan Senar terbuka. Tiga atau empat nada juga dapat dimainkan secara bersamaan oleh pemain yang mahir, yang masing-masing disebut dengan 'pemberhentian ganda tiga' dan 'pemberhentian ganda empat' (nada-nadanya dapat dimainkan secara bersamaan atau dengan melakukan teknik pemberhentian ganda dua kali)

Getaran

Getaran atau vibrato merupakan teknik menggetarkan senar dengan jari yang menekan senar. Senar digeser (sambil ditekan) dengan cepat maju-mundur sehingga menimbulkan suara bergetar. Teknik ini juga biasa disebut vibrasi.

Harmonik

Nada harmonik pada biola dibunyikan dengan menyentuh (bukan menekan) senar pada posisi tertentu yang menyebabkan timbulnya suara yang lebih tinggi dari suara nada pada posisi yang sama jika ditekan.

Tangan kanan

Right hand position on bow.jpg
Tangan kanan sebagai pemegang busur memiliki peranan penting dalam menciptakan suara. Tangan kanan bertanggung jawab dalam hal kualitas nada, ritme, dinamik, artikulasi, dan timbre. Dengan mengetahui teknik-teknik menggesek busur yang baik, maka seorang pemain dapat mengatur suara yang dihasilkan oleh biola.

Teknik yang terpenting dalam menggesek biola adalah cara memegang busur. Biasanya busur dipegang dengan jempol yang dimasukkan di sela-sela ujung bawah busur. Jari-jari yang lain diletakkan di sebelah atas busur.
Suara yang dihasilkan akan lebih keras jika busur digesek dengan kecepatan tinggi atau dengan memberi tekanan pada senar biola. Kualitas suara yang dihasilkan berbeda, jika senar semakin ditekan oleh busur, maka suara yang dihasilkan akan semakin kasar.

Posisi senar yang digesek juga memengaruhi suara yang dihasilkan. Senar yang digesek di dekat jembatan biola (sul ponticello) akan lebih besar suaranya daripada jika digesek jauh dari jembatan biola.
Ada banyak teknik menggesek biola yang memungkinkan berbagai macam pemain untuk menghasilkan berbagai macam suara, termasuk di antaranya adalah legato, collé, ricochet, sautillé, martelé, spiccato, dan staccato.

Naah... buat kalian yang ingin dan penasaran bagaimana sih cara memainkan biola tapi tak punya alatnya, silahkan klik link berikut yaa..!

Kamis, 25 Oktober 2012

Manfaat Musik Klasik


Oke.... Bagi kalian para pecinta musik, khususnya musik klasik, ada sedikit info buat kalian tentang genre musik yang satu ini. Yaa... meskipun popularitas musik klasik tak semashyur musik-musik yang lagi populer seperti Boyband-Girlband tapi musik klasik punya sejuta kelebihan yang tak dimiliki genre musik-musik lain. Salah satu kelebihannya yaitu musik klasik punya banyak manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Bukan hanya dari aspek psikologis saja, dari segi kesehatan, ekonomi, hingga hukum, peran musik klasik begitu besar. Nggak percaya...?? nih... aku kasih beberapa fakta tentang manfaat musik klasik. simak baik-baik ya....

  • MENGURANGI KEJAHATAN
Pada tahun 2004 di london, inggris, polisi transportasi inggris memutar musik klasik di stasiun london dan di beberapa daerah yang pemukiman paling berbahaya. Setelah mendengarkan musik klasik selama enam bulan:
Perampokan menurun sebesar 33 persen
penyerangan staf menurun sebesar 25 persen
vandalisme turun 37 persen.
Ini bukan pertama kalinya musik klasik digunakan untuk mencegah kejahatan. Pada tahun 2001, polisi di west palm beach, florida memasang cd player dan speaker pada sebuah bangunan dalam lingkungan penuh kejahatan. Setelah memainkan musik klasik,terutama mozart, bach, dan beethoven 24 jam sehari selama tiga bulan, penembakan, pencurian, gelandangan, dan transaksi obat – obatan menurun.

"Dengan begini seperti di daerah ane gak kan ada lagi rampok2an lagi kalo tiap hari nyetel musik klasik. :))"

  • MUSIK KLASIK MEMBUAT PENGACAU BUBAR
Sebuah jaringan supermarket di inggris juga menggunakan musik klasik untuk menghentikan kelompok – kelompok pemudayang berkumpul di depan toko mereka.
Setelah memainkan musik klasik di bagian depan took, laporan onar dan graffiti pun secara dramatis berkurang.
Mungkin bagi kelompok – kelompok pemuda merasa ‘kurang keren’ tempat di depan took jika ada musik klasik.

"Preman2 di tempat ane gg bakal ada lagi dah"

  • MENINGKATKAN PENJUALAN MAKANAN DAN MINUMAN
Sebuah penelitian di universitas di inggris menunjukkan, musik bisa mempengaruhi kegemaran orang akan makanan, jikalau di ruang makan diputarkan musik klasik, pelanggan bisa membeli lebih banyak, jikalau diputarkan musik pop atau tanpa musik, maka konsumsi pelanggan jelas menjadi berkurang.

Doktor psychiater memimpin regu penelitian, melakukan pengamatan selama 3 minggu pada sebuah restoran di inggris tengah. Mereka menemukan, irama musik yang halus dan mengalun indah dari bach dan mozart membuat pelanggan rela merogoh koceknya lebih dalam; akan tetapi apabila diputarkan si manis britney spears atau karya pop yang sedang ngetrend, maka pelanggan rata-rata mengeluarkan biaya lebih sedikit; jikalau tanpa musik, maka pengeluaran mereka bahkan lebih sedikit lagi.

Doktor menyatakan, musik klasik menitik-beratkan pada isi, membuat orang merasakan sebersit keagungan maka rela membeli salad pembuka selera, cake dan kopi dan lain-lain yang semuanya adalah menu serba mahal.

"Warung deket tempat ane pasti berterima kasih deh kalo tiap hari ane setelin musik klasik, hehe"
  • MUSIK KLASIK BAGI KESEHATAN
Musik klasik dapat menenangkan bayi yang lahir prematur. Sewaktu mendengarkan musik klasik, dapat diamati ekspresi wajahnya yang tidak lagi terlihat menderita.
Konsepsi menggunakan musik untuk terapi penyembuhan dalam sejarah tiongkok sudah sejak lama bisa di lacak jejaknya, seperti patitur:
“Pemusik, dapat menggetarkan saluran darah, menyirami jiwa dan meluruskan hati”:”Suara dalam organ limpa berwujud lagu” dan “Menghilangkan rasa gundah tidak lain adalah dengan musik”.
Ilmu pengetahuan barat meneliti hubungan antar aneka musik yang berbeda dengan hubungan kesehatan adalah kejadian yang belum lama berselang. Ilmuwan sudah mendapati bahwa musik klasik adalah obat mujarab bagi penyembuhan badan dan kepedihan jiwa, dapat meningkatkan kebijakan jiwa. Terapi musik sejak 40 tahun lebih ini dipergunakan di berbagai lingkup pengobatan klinis. Berbagai penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara musik klasik dengan musik modern bagi kesehatan jiwa dan raga.

"Mantap dah buat sesepuh2 ane"

  • MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN JANIN
Sesuai penelitian ilmuwan eropa dan amerika serta dari daratan tiongkok menunjukkan, musik klasik bisa menyediakan rangsangan pendengaran yang bersifat baik bagi janin, sangat membantu terhadap pendidikan janin. Penelitian menemukan, pada masa jabang bayi mendengarkan musik dari mozart dan bach, bisa memperluas volume otak besar, menambah kegiatan utama urat syaraf, membantu daya berimajinasi abstrak dari pertumbuhan normal anak. Penelitian menunjukkan, melakukan rangsangan suara secara berkala terhadap janin, misalkan musik klasik yang ringan lembut dan bisikan perlahan orang tua dan lain lain, bisa memajukan syaraf perasa janin dan pertumbuhan lapisan kulit otak besar batang tengah perasa, meletakkan fondasi bagi pengembangan kebijaksanaan. Sebaliknya di bawah rangsangan musik modern dan suara hiruk pikuk, janin bisa merasa tidak tenang dan risau, detak jantung bertambah cepat, goyangan kandungan bertambah kuat.

Para ilmuwan spanyol juga menemukan, janin bisa membedakan baik dan buruknya musik. Walau mereka masih di dalam perut sang ibu, bayi yang perkiraan kelahirannya masih ada 12 minggu sangat menyukai mozart, vivaldi dll musik yang ringan-lembut- indah, musik dengan harmoni tinggi, dan sangat antipati terhadap musik heavy metal dan rap.

Selain itu penelitian juga menunjukkan, musik klasik bisa menenangkan bayi yang terlahir dini. Biasanya anak terlahir dini mengekspresikan nyeri dan rasa tidak nyaman melalui perbuatan dan mimik wajah, bahkan diekspresikan dengan detak jantung bertambah cepat, tetapi ketika mereka sewaktu mendengar musik klasik, sangat jelas sekali, bisa diamati kelakuan bayi terlahir dini dengan ekspresi wajah serta detak jantungnya kembali berjalan normal.

  • MENINGKATKAN PRODUKSI SUSU SAPI
Psychiater universitas inggris, menemukan bahwa memperdengarkan musik klasik ringan kepada sapi perah bisa membantu meningkatkan produksi susu mereka.

Namun, musik modern tertentu yang memekakkan telinga ternyata tidak membawa efek apapun. Doktor itu mengatakan, musik yang nyaman dan ringan tersebut bisa meningkatkan produk susu barangkali adalah karena mereka bisa mengurangi stress dari sapi perah.

Sebagian peternak ayam sudah mengadopsi cara pemutaran musik untuk peningkatan produksi. Dahulu, juga ada bukti menunjukkan bahwa musik bisa mengurangi stress pada ayam.

  • MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN TANAMAN


Musik mempercepat tanaman berbunga, sudah diteliti di luar negeri sejak lama. Pernah dilakukan eksperimen sebagai berikut: Faktor yang barangkali bisa mempengaruhi pertumbuhan tanaman seperti temperatur, kelembaban, pencahayaan dan lain-lainl di dalam lima buah kamar, diatur sesuai dengan kondisi yang saama, kemudian pada masing-masingnya ditempatkan tanaman yang mengandung kadar air dan tingkat kesuburan tanah yang sama. Satu-satunya yang berbeda ialah di dalam lima kamar tersebut diputar musik yang berlainan, masing-masing ialah: Musik rap, musik pedesaan, musik klasik, musik pop dan kamar terakir sama sekali tidak ada musik.
 
Hasil eksperimen menunjukkan, pertumbuhan tanaman di dalam kamar ber-musik klasik pertumbuhannya terbaik, yang terjelek ialah tanaman yang berada di dalam kamar dengan musik rap. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman ialah, ritme musik rap kacau balau, musiknya kekurangan garis berkesinambungan, sulit diciptakan keadaan stabil dan nyaman yang memungkinkan tanaman yang bisa bernafas itu tumbuh; penampilan musik klasik ialah musik yang teratur, tertib dan harmonis, setiap mahluk berjiwa dengan demikian dapat terimbas, tumbuhnya akan lebih bagus.


Nah.... itulah beragam manfaat dari musik klasik. Bagaimana dengan kalian? Tertarik untuk mendengarkan genre musik yang satu ini?

Minggu, 21 Oktober 2012

Politik Dinasti Merajalela di Negeri Demokrasi



Indonesia negara yang demokrasi? Aku rasa belum… Kenyataannya masih banyak dijumpai kasus-kasus yang mencederai nilai demokrasi di negeri ini. Apa saja kasus-kasus itu? Entahlah… Saking banyaknya, sampai sulit menyebutkannya satu persatu. Tapi agar tidak penasaran, aku kasih tahu satu kasus lah… Dari sekian banyak kasus yang mencederai nilai demokrasi di negeri ini, pikiranku tertuju pada satu kasus yang sebenarnya dekat sekali dengan kehidupan kita, namun kita sendiri kurang bisa merespon.
“Politik Dinasti” itulah kasus yang aku maksud. Percaya atau tidak ternyata politik dinasti tumbuh subur di negeri demokrasi seperti Indonesia. Bagaimana tidak, seolah lumrah bila kini kita menyaksikan seorang gubernur memiliki anak atau adik yang menjadi bupati atau wali kota. Juga seolah sah-sah saja bila seorang bupati atau wali kota menjabat pada periode tertentu kemudian istrinya menduduki posisi yang sama pada periode berikutnya.
Alhasil, sepertinya tidak heran jika kini kita menyaksikan suami, istri, anak, atau kerabat dalam satu keluarga menguasai posisi kepala daerah.
Itulah politik dinasti yang kian fenomenal. Meski selalu mengatasnamakan demokrasi karena lahir di era yang relatif lebih demokratis, boleh dibilang para pelaku politik dinasti sebenarnya adalah penumpang gelap yang kemudian membajak demokrasi.
Mereka dan keluarga merasa berhak dipilih menjadi kepala daerah, tetapi pada saat yang sama mereka sesungguhnya mengurangi, bahkan merampas hak politik dan kesempatan orang lain untuk dipilih.
Dengan pengaruh keluarga yang sedang menjabat kepala daerah, pastinya kompetisi dalam pemilu kada pun menjadi tidak sehat. Itu artinya politik dinasti hanya membuat demokrasi sakit, yang lama-kelamaan sekarat, dan akhirnya mati karena kembali ke zaman kerajaan.
Itulah sebabnya pelakon politik dinasti disebut penumpang gelap yang membajak demokrasi. Mereka membajak demokrasi untuk menumpuk kekuasaan dan mewariskannya kepada keluarga. Dengan kekuasaan itu, mereka pun memupuk dan menumpuk kekayaan.
Ketika kekuasaan dan kekayaan terpusat pada satu keluarga, tibalah saatnya demokrasi menemui ajalnya. Bukankah demokrasi semestinya menghasilkan penyalur kekuasaan politik dan ekonomi yang adil?
Nah… maka dari itu, kita seharusnya menyokong penuh ikhtiar politik pemerintah untuk mengakhiri dominasi politik dinasti melalui Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah karena RUU itu sangat demokratis. Mengapa demokratis?  karena RUU itu hendak memberi hak politik lebih luas dan adil kepada lebih banyak warga negara untuk dipilih dalam pemilu kada.
Oleh karena itu, sangat tidak masuk akal jika ada orang yang mengatakan RUU Pemilihan Kepala Daerah melanggar demokrasi dan menyandera hak politik warga negara.

Selasa, 16 Oktober 2012

Episode Radikalisme yang Tak Berujung


Radikalisme? Mendengarnya saja sudah menakutkan. Pasti yang terbayang di otak kita adalah penentangan dan kekesaran. Apalagi akhir-akhir ini banyak sekali kasus radikalisme yg melibatkan kaum pemuda. Ironis sekali sebenarnya, mengapa selalu kaum pemuda yang terlibat kasus radikalisme. Apa karena jiwanya yang masih labil? Mungkin saja….
Kasus radikalisme yang paling sering kita dengar adalah radikalisme islam. Sebenarnya dulu aku belum mengenal apa itu radikalisme. Tapi setelah muncul tragedi 11 September 2001 di gedung World Trade Centre di Amerika Serikat, istilah-istilah seperti Islam Agama Radikal, Islam Agama Teroris dan lain-lain mulai bermunculan. Tidak hanya itu, kasus yang paling menyedihkan lagi yaitu tentang Bom Bali, Bom Kuningan, dan masih banyak episode bom lainnya yang mungkin kalau dibuat sinetron tidak akan pernah selesai.
Yang lebih mengerikan lagi, korban dari kebejatan radikalisme itu adalah para pemuda yang umumnya berusia 15-24 tahun. Kebanyakan mereka direkrut dengan diberi embel-embel tentang jihad dan semacamnya. Mungkin ini sengaja dilakukan karena melihat jiwa pemuda adalah jiwa yang masih labil, berego tinggi, dan emosi yang masih menggebu-gebu. Akibatnya terjadi kerusakan dimana-mana dan seolah-olah negeri ini sudah kehilangan jati dirinya sebagai negeri yang berpenduduk ramah dan menjunjung tinggi toleransi.
Sebenarnya agak kesal tapi juga malu mendengar pernyataan itu. Kesal karena menurutku islam sama sekali tidak mengajarkan tentang kekerasan, justru islam mengajarkan tentang perdamaian dan toleransi. Sementara malunya karena justru orang islam sendirilah yang menyebarkan radikalisme itu sendiri.
Nah… Buat kalian para pemuda yang hendak atau yang sudah bergabung dengan radicalism lovers, hehe…. jangan hanya mengutamakan ego saja, atau memahami islam hanya dari segi tekstualnya saja tanpa memahami kontekstualnya. Sadar tidak? Kalau perbuatan yang demikian itu tidak menjadikan islam semakin baik, malah menjadi semakin terpuruk. Bagaimana tidak, gerakan radikal semacam itu justru menimbulkan anggapan dan pandangan kalau Islam adalah agama yang kasar, tidak manusiawi, tidak toleran, dan sebagaianya. Padahal islam itu agama yang “Rahmatan Lil Alamin”

Kamis, 11 Oktober 2012

Nada Minor dalam Partitur Kebangsaan


Bagaimana perasaan kita saat mendengar lagu kebangsaan Indonesia dinyanyikan dalam sebuah turnamen atau pertandingan di luar negeri? Pasti merinding bukan…? Seolah-olah jiwa kebangsaan kita muncul.
Ada lagi, saat pertandingan sepak bola atau bulu tangkis tingkat internasional. Semangat rakyat Indonesia begitu membara untuk mendukung para atlet negeri. Hanya ingin menunjukan kehebatan “Inilah Indonesia…”
Tapi lain halnya jika sudah berhadapan dengan bangsanya sendiri. Misalnya saja akhir-akhir ini sering ada pemberitaan tentang perang antar suku. Di era modern seperti ini, masih saja terjadi perang antar suku? Sudah bukan jamannya... Apalagi sampai membawa senjata atau semacamnya. Kejadian seperti itu hanya berlaku pada jaman primitive. Dan sama sekali tidak pantas untuk pola pikir masyarakat yang modern saat ini. Tapi setelah melihat hasil pemberitaan bahwa ternyata pemicu perang antar suku, kebanyakan tak lain karena masalah pribadi atau kepentingan kelompok. Nah… kok bisa merembet sampai ke suku? Wah, wah… ironis sekali.
Sebenarnya masalah krisisnya kebangsaan tidak hanya terbatas pada kasus peperangan antar suku saja. Masih ada permasalahan lain yang nampaknya sederhana tapi dampaknya sangat luar biasa. masalah yang  dimaksud disini adalah masalah terkait lemahnya kebanggaan tentang budaya bangsanya sendiri. Sering kali kita marah jika ada salah satu budaya kita yang diklaim oleh negara lain. Namun kita sendiri tak pernah ada kemauan untuk menjaga dan melestarikannya. Menyedihkan….
Memang sulit untuk menumbuhkan rasa kebangsaan kalau tidak dari kesadaran diri masing-masing. Tapi sebagai wujud usaha sekiranya ada beberapa cara untuk menumbuhkan rasa kebangsaan itu sendiri. Seperti yang terkutip pada pidato presiden Soekarno, pidato itu menyatakan bahwa untuk membangkitkan rasa kebangsaan harus belajar pada sejarah. Kalau menurutku tidak cukup hanya itu saja. Karena untuk menanamkan rasa kebangsaan akan lebih baik jika dimulai sejak usia dini. Dan metode penggunaan sejarah sebagai media tentang mengajarkan kebangsaan rasanya akan terlalu abstrak untuk anak-anak. Mungkin lebih baik menggunakan analogi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, penjajahan terhadap pembantu rumah tangga, atau pun kaum minoritas.
Kemudian menyaring budaya luar yang masuk yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Karena seringkali generasi muda saat ini menyerap begitu saja budaya luar tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Dan yang terakhir, menciptakan karya seni yang bermakna nasionalisme. Ini karena terlalu banyak karya seni dari generasi muda yang banyak diinspirasikan dari seni negara-negara luar, separti Jepang, Inggris, Amerika, dan lain-lain. Mungkin itu sebagian dari usaha untuk menumbuhkan jiwa kebangsaan pada diri seseorang. Tapi yang paling penting adalah kesadaran dari diri kita sendiri.

Rabu, 10 Oktober 2012

Dinamika Sebuah Nama


Ingat tidak, saat masih duduk di bangku sekolah dasar, pelajaran apa yang mempelajari pancasila dan UUD 1945? Tentu ingat lah… ya, apalagi kalau bukan mata pelajaran PKN. Dulu sih aku mengenalnya bukan PKN tapi PPKN. Tapi lain lagi jika aku Tanya pada orang tuaku, mereka dulu tak kenal dengan istilah PKN atau PPKn, yang mereka tau pelajaran yang mengajarkan tentang pancasila adalah PMP (Pendidikan Moral Pancasila). Demikian pula perubahan nama itu terjadi pada zaman nenek atau bahkan buyutku. Waah… banyak sekali sebutan untuk mata pelajaran yang satu ini. Tapi kenapa hanya PKN ya yang selalu eksis mengubah namanya? Kenapa tidak seperti mata pelajaran matematika atau bahasa Indonesia yang dari dulu sampai sekarang tetap begitu-begitu saja. Bukankah ini menjadi terkesan kalau PKN itu pelajaran yang tak punya keajegan? Ibarat seseorang yang tak punya pendirian dan identitas yang pasti.
Tapi perubahan nama itu pastinya terjadi bukan tanpa sebab. Kita tahu kan, kalau tujuan dari pembelajaran PKN itu sendiri adalah untuk mendidik menjadi warga negara yang baik. Tapi jika kita amati baik-baik dan kita putar sejarah, masing-masing generasi atau pemimpin punya anggapan yang berbeda tentang hal itu. Sebut saja PMP, nama ini berlaku saat pemerintahan Presiden Suharto. Tujuannya masih sama, menjadikan warga negara yang baik. Tapi, baik yang dimaksud adalah baik yang menaati semua peraturan, patuh dan tanpa protes pada penguasa.
Waktu berjalan menuju era Reformasi. Seketika nama PMP diubah menjadi PPKN. Mungkin ini sengaja untuk menghilangkan bayang-bayang orba. Tapi tujuannya tetap sama, hanya berbeda penafsiran. Kalau PPKN lebih mengarah pada pendidikan masyarakat untuk menjadi demokratis. Tapi tentunya demokratis saja tidak cukup bukan? Karena jika masyarakat hanya berbekal kebebasan berpendapat tanpa disertai moral, mau jadi apa negara ini?
Nah… saat itu lah nama PPKN diubah menjadi PKn, dengan tujuan mendidik agar menjadi warga Indonesia yang baik dengan sistem demokrasi, tapi tetap memiliki etika, moral dan budaya bangsa. Yah…. menurutku itu hanya masalah pemberian nama saja. Yang penting kan tujuannya jelas, memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang menjadi warga negara yang baik. Intinya kita tidak bisa menyalahkan mana nama yang benar dan yang salah, karena PKN itu dinamis dan selalu up to date untuk menuju masyarakat madani yang demokratis dan bertanggungjawab. Dan yang paling penting tujuan dari pembelajaran PKN itu bisa terwujud. Jangan hanya digunakan layaknya buku sejarah yang hanya menjadi sebuah dongeng untuk para siswanya. Setuju….?! :D