Sebenarnya ini adalah curahan hatiku tentang sekolahku dulu. Entah ada angin apa, tiba-tiba ada beberapa guru yang sebelumnya mereka mengajar sesuai dengan mata pelajaran yang dikuasai, tapi kemudian mereka mengajar beberapa pelajaran yang menurutku benar-benar tidak sesuai dengan keahlian mereka. Ya… misalnya saja guru matematika di sekolahku beralih profesi menjadi guru Bahasa Jerman. Lalu ada yang lebih lucu lagi, guru Fisika beralih menjadi guru Kesenian. Padahal kalau dilihat dari gaya mengajarnya yang agak killer dan membosankan, tiba-tiba bermetamorfosis menjadi sosok guru kesenian yang dituntut untuk kreatif dan menyenangkan. Bukan tidak mungkin sih… tapi bayangkan saja, pasti aneh.
Mungkin saja ini efek dari adanya kabar tentang sertifikasi guru
itu. Yang katanya sesuai dengan aturan dan Surat Keputusan Bersama (SKB) Lima
Menteri, “Guru yang belum bisa memenuhi beban mengajar 24 jam per minggu,
diarahkan untuk mencari tambahan mengajar di sekolah-sekolah lainnya. Jika
tetap masih ada yang belum mampu memenuhinya, guru-guru tersebut akan
dipindahkan.” Itu berarti jika guru ingin mendapat tunjangan profesi, maka
persyaratannya harus mampu memenuhi beban mengajar 24 jam tatap muka per
minggu. Kalau tidak maka akan terancam dipindahkan atau dimutasi dari
sekolahnya.
Wah… mungkin ini yang menjadi alasan mengapa muncul peristiwa sekontroversial
itu di SMAku dulu. Memang benar sih, jumlah guru yang ada di SMAku dulu lumayan
banyak. Namun pembagian jam mengajarnya masih belum rata, ada yang kurang dari
24 jam/minggu, namun ada juga yang
lebih. Dan mungkin ini juga yang membuat malang nasib guru Fisika dan Matematika
di SMAku dulu. Mereka terpaksa mengambil mata pelajaran bahasa Jerman dan
kesenian karena tidak banyak guru PNS yang memiliki keahlian di bidang itu. Tapi
sayangnya itu disalahgunakan oleh mereka, mengambil mata pelajaran yang jarang
keahliannya, tapi tak didukung oleh kemampuan guru itu sendiri hanya demi
mengejar cairnya tunjangan profesi yang nilainya satu kali gaji pokok.
Kalau begini alasannya, kasihan siswanya donk… padahal siswa itu butuh
pendidik yang sesuai dengan porsinya, punya kemampuan di bidangnya. Bukan malah
seenaknya saja mengambil mata pelajaran yang tak dikuasai. Bayangkan saja kalau
misalnya guru Fisika mengajar Kesenian, apakah nanti murid-muridnya akan diajarkan
tentang rumus-rumus seni? Jangan sampai lah… Seni itu kan ilmu estetika, bukan
ilmu logika.
Menurutku SKB lima menteri tentang tunjangan profesi bagi guru
bersertefikasi masih kurang baik. Ini jelas-jelas merugikan bagi para guru, dan
pastinya akan berlanjut ke siswanya. Guru kebingungan memilih jam mengajar,
sementara siswanya kebingungan dengan pola mengajar guru yang tak sesuai dengan
mata pelajaran yang dikuasai.
emang harusnya yang dapet sertifikat ya yang jelas jelas lebih 24 jam, kan adil, bukan malah yang kurang 24 jam terus melebih-lebihkan menjadi 24 jam
BalasHapus