Impian itu ibarat sebuah pedang yang bermata dua. Di satu
sisi dia sebagai pendorong untuk maju, namun disisi lain dia bisa mematikan
kita. Bicara tentang mimpi, siapa sih yang tak punya mimpi? Jika ada orang yang
berkata, “Untuk apa sih bermimpi? Bermimpi atau tidak toh sama saja kan?”
mungkin itu hanya berlaku bagi orang-orang yang tak ingin ambil pusing. Tapi ada juga yang mengatakan "Hidup itu harus dengan mimpi, karena mimpi adalah pintu untuk meraih sukses."
Lalu bagaimana dengan diriku? Termasuk kategori apakah
diriku yang sebenarnya? Mungkin jika kulihat dari cakrawala hidupku dimasa
lampau, aku termasuk orang yang hanya bisa bermimpi di siang bolong. Banyak sekali
impian yang ingin aku capai. Mulai dari tingkat sekolah dasar, dulu aku
bercita-cita ingin menjadi guru. Namun saat aku memasuki tingkat sekolah
menengah pertama, keinginan itu berubah. Aku ingin menjadi seorang arkeolog dan
ahli biologi. Semakin bertambah usiaku, semakin tidak masuk akal lagi impianku.
Saat SMA sempat terbesit di otakku, aku ingin menjadi seorang intertain atau
seniman. Ini karena menurutku aku punya potensi di bidang itu. Minat dan
bakatku memang menjurus ke seni. Aku sendiri lahir dari keluarga dengan latar
belakang seni.
Tapi seperti kataku tadi, aku hanyalah pemimpi di siang
bolong. Hanya bisa bermimpi namun tak mampu berusaha mewujudkan impian itu. Hingga
akhirnya saat kelulusan aku bingung ingin lanjut kemana. Sebenarnya jauh
sebelum kelulusan, keinginanku untuk menjadi seniman sudah sangat mantap. Entah
mengapa tiba-tiba aku punya pemikiran, “Jika nanti aku menjadi seorang seniman,
bagaimana dengan masa depanku kelak?” tidak hanya itu, orang tuaku pun bilang, “Jangan
ke seni lah nak... masih banyak profesi lain yang lebih meyakinkan.” Saat itulah
kegalauan mulai menerpa diriku. Hingga akhirnya aku jatuh pada sebuah pilihan, yakni
menjadi seorang guru. Kembali pada pilihan awal.
Setelah lulus, aku pun melanjutkan ke perguruan tinggi
dengan mengambil fakultas tarbiyah di IAIN Sunan Ampel. Kali ini aku tak mau
menjadi sang pemimpi di siang bolong lagi. Aku tak boleh main-main dengan masa
depanku. Tak ada lagi kata malas. Kali ini aku harus mendapat IP yang bagus. Syukur-syukur
nanti bisa diangkat sebagai pegawai negeri. Agar tidak stres dan bosan, aku
mencari selingan untuk mengembangkan bakatku. Disana ada sebuah unit kegiatan
mahasiswa yang sangat cocok denganku yaitu UKM Paduan Suara. Paling tidak
dengan mengikuti kegiatan ini aku bisa menambah wawasan dan pengalaman tentang musik. Agar bakatku tak terbuang sia-sia.
Hingga akhirnya 4 tahun sudah terjajaki. Kini aku menyandang
gelar S1 sarjana pendidikan islam. Dan sekarang aku telah mengajar di salah
satu sekolah yang cukup favorit dan aku telah diangkat sebagai pegawai negeri. Yeah... I did it...!
satu impianku telah tercapai. Tapi apakah impianku berhenti sampai di sini? Tentu
saja tidak. Insya'allah kalau tidak ada halangan, aku berencana ingin melanjutkan impianku
yang sempat tertunda. Aku ingin melanjutkan studi di Unesa jurusan sendratasik.
Terlambat? Buatku tak ada kata terlambat untuk mencari ilmu. Dan dari situ aku
memiliki rencana untuk mendirikan sekolah musik.
Dari sini aku dapat mengambil kesimpulan, "Bermimpilah yang
setinggi-tingginya, tapi jangan lupa untuk mengimbanginya dengan usaha. Berani
bermimpi tapi tak berani berusaha ibarat merapikan benang yang sudah kusut yang tak kunjung menampakan
hasil, bahkan kian lama kian memburuk."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar