Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

About

Selasa, 16 Oktober 2012

Episode Radikalisme yang Tak Berujung


Radikalisme? Mendengarnya saja sudah menakutkan. Pasti yang terbayang di otak kita adalah penentangan dan kekesaran. Apalagi akhir-akhir ini banyak sekali kasus radikalisme yg melibatkan kaum pemuda. Ironis sekali sebenarnya, mengapa selalu kaum pemuda yang terlibat kasus radikalisme. Apa karena jiwanya yang masih labil? Mungkin saja….
Kasus radikalisme yang paling sering kita dengar adalah radikalisme islam. Sebenarnya dulu aku belum mengenal apa itu radikalisme. Tapi setelah muncul tragedi 11 September 2001 di gedung World Trade Centre di Amerika Serikat, istilah-istilah seperti Islam Agama Radikal, Islam Agama Teroris dan lain-lain mulai bermunculan. Tidak hanya itu, kasus yang paling menyedihkan lagi yaitu tentang Bom Bali, Bom Kuningan, dan masih banyak episode bom lainnya yang mungkin kalau dibuat sinetron tidak akan pernah selesai.
Yang lebih mengerikan lagi, korban dari kebejatan radikalisme itu adalah para pemuda yang umumnya berusia 15-24 tahun. Kebanyakan mereka direkrut dengan diberi embel-embel tentang jihad dan semacamnya. Mungkin ini sengaja dilakukan karena melihat jiwa pemuda adalah jiwa yang masih labil, berego tinggi, dan emosi yang masih menggebu-gebu. Akibatnya terjadi kerusakan dimana-mana dan seolah-olah negeri ini sudah kehilangan jati dirinya sebagai negeri yang berpenduduk ramah dan menjunjung tinggi toleransi.
Sebenarnya agak kesal tapi juga malu mendengar pernyataan itu. Kesal karena menurutku islam sama sekali tidak mengajarkan tentang kekerasan, justru islam mengajarkan tentang perdamaian dan toleransi. Sementara malunya karena justru orang islam sendirilah yang menyebarkan radikalisme itu sendiri.
Nah… Buat kalian para pemuda yang hendak atau yang sudah bergabung dengan radicalism lovers, hehe…. jangan hanya mengutamakan ego saja, atau memahami islam hanya dari segi tekstualnya saja tanpa memahami kontekstualnya. Sadar tidak? Kalau perbuatan yang demikian itu tidak menjadikan islam semakin baik, malah menjadi semakin terpuruk. Bagaimana tidak, gerakan radikal semacam itu justru menimbulkan anggapan dan pandangan kalau Islam adalah agama yang kasar, tidak manusiawi, tidak toleran, dan sebagaianya. Padahal islam itu agama yang “Rahmatan Lil Alamin”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar